Monday, February 15, 2010

Petani Sawit Swadaya

Robert :

Tingkat permintaan CPO (Crude Palm Oil) di pasar dunia semakin tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh mulai ditemukannya kegunaan dari CPO selain sebagai bahan makanan, juga dapat menjadi bahan baku pembuatan kosmetik, obat-oabatan bahkan bahan bakar terperbaharui dan akrab lingkungan. Dari peningkatan ini secara otomatis terjadi pula peningkatan atau kenaikan pada harga CPO di pasaran dunia, sehingga negara-negara penghasil CPO mendapatkan keuntungan yang cukup signifikan dan secara otomatis berimbas kepada petaninya.

Sebagai salah satu negara pengekspor CPO terbesar di dunia, Indonesia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan wilayah yang sangat luas serta sebagian besar cocok untuk dikembangkan perkebunan kelapa sawit, mendorong Indonesia untuk agresif mengundang banyak investor baik lokal maupun asing datang ke Indonesia dan berinvestasi di bidang perkebunan kelapa sawit.

Diantaranya adalah investor PT. SIA dan PT. MAS yang sejak tahun 2000 telah membuka lahan perkebunan kelapa sawit di Sanggau, Kalimantan Barat. Dengan menerapkan sistem plasma dan inti, sekarang telah terlihat nyata memberikan kontribusi yang baik terhadap perekonomian masyarakat di sana. Tidak sedikit masyarakat yang sebelumnya hidup dalam kemiskinan dan keterbatasan, sekarang sudah bisa merasakan yang namanya hidup berkecukupan.

Secara kasat mata, hal ini terasa indah dan baik saat ini. Namun untuk jangka panjang perlu adanya kesadaran petani untuk mengembangkan kebun-kebun swadaya di luar plasma. Mengapa ? Karena usia sawit produktif maksimum 25 tahun, sehingga petani perlu mempersiapkan diri untuk kelanjutan produksi apabila kebun kelapa sawit yang ada saat ini sudah tidak produktif lagi.

Yang saya perhatikan bahwa sebagian besar masyarakat tani yang ada di Sanggau masih memiliki lahan-lahan yang kurang produktif sampai saat ini, walaupun luasannya tidak seberapa (berkisar 200 s/d 500 m2) dan lokasinya yang tersebar di beberapa tempat. Dimana pada lahan-lahan tersebut sebagain besar ditumbuhi semak belukar dan ada sebagian yang ditanami karet lokal dan buah-buahan.

Lahan-lahan yang tidak produktif tersebut bisa diolah kembali untuk tanaman kelapa sawit agar kontinyuitas produksi tetap terjaga. Mungkin dengan lahan yang terpecah-pecah di beberapa lokasi seperti itu tidaklah salah bila diusahakan dengan budidaya kelapa sawit, walaupun hanya beberapa batang dalam satu lokasi. Dengan sistem spot seperti ini memang ada kesulitan dimana biaya untuk transportasi dibutuhkan lebih dibandingkan yang langsung berada dalam satu lahan.

Namun situasi saat ini dimana kendaraan angkut buah sudah cukup banyak. Sehingga saya rasa transportasi tidak menjadi suatu kendala yang signifikan lagi. Pengangkutan kelapa sawit biasanya menggunakan dump truck, mobil pick up atau berbagai jenis truk lainnya. Kalau tidak salah sistem pembayaran pengangkuatan yang berlaku saat ini dimana sekali angkut per kg muatan dipotong sebesar Rp 150,-. Dengan adanya sistem fee dirasakan tidak begitu memberatkan petani. Karena hal ini sudah menjadi keesepakatan bersama dan berlaku umum.

Untuk petani yang saat ini sudah dan sedang menikmati pendapatan yang cukup baik dari hasil perkebunan kelapa sawit hendaknya dapat memanfaatkan penghasilan yang cukup besar tersebut dengan sebaik-baiknya dan tidak lupa menginvestasikan uangnya kedalam bentuk tabungan, deposito, pembelian aset dan lain sebagainya. Semoga petani kelapa sawit di Sanggau Kalimantan Barat tidak terlena dan tetap terus maju.

1 comment:

  1. Kelapa sawit yg tidak produktif kembali lagi produktif setelah diberi pupuk ajaib SO 125ml per 4 pohon,kesaksian Pak Raspal di Medan.Sedangkan yg diberi pupuk kimia tidak mengalami peningkatan.

    http://organik-ajaib.blogspot.com/
    sms:085781785140

    ReplyDelete